Bismillahirrahmanirrahim
|
Foto bersama netizen MPR-RI |
Cerita ini adalah lanjutan dari
Keseruan Deklarasi Netizen MPR-RI hari ke-2. Dari deklarasi hingga ke eksplorasi Ibu Kota, itulah judul perjalanan kali ini. Nah dalam kegiatan gathering ini, kami tak hanya dipertemukan dan merumuskan sebuah neklarasi netizen namun diberi hadiah untuk mengeksplore beberapa tempat di Jakarta.
Seperti judulnya, dari gedung MPR kami langsung beranjak ke Museum Macan. Saya tidak begitu menikmati melihat pemandangan Ibu Kota, bukan karena tak suka, tapi rasanya saya sempat tertidur atau tak sadar sudah sampai di suatu tempat. Kini kami berada tepat di depan sebuah gedung dan itulah pemberhentian kami.
|
Bersama delegasi Makassar |
“Eh, kita ke sini? Ini di mana? Kok kayak Mall? Bukannya kita mau ke museum?” ucap diri ini kepada salah satu delegasi dari Makassar yang duduk di samping saya di bus. Pertanyaan ini tiba-tiba saja muncul saat sampai di sebuah gedung pemberhentian pertama.
“Iya kak, kita sudah sampai di museum macan” ucapnya sambil memperlihatkan foto-foto yang ada di salah satu sosial media.
“Oh ini ya, yang banyak orang foto-foto di ruangan serba bulat-bulat yang ada cerminnya juga. Yang bola-bola motif bulat-buat itu. Saya pernah lihat foto teman di situ” ucap saya lagi. “Keren ya, ternyata ini tempatnya” lanjut saya lagi.
Saya tentu sangat kaget melihat kenyataan bahwa gedung museum ini bukanlah seperti yang ada bayangan saya. Dari dulu entah terpartri selalu bahwa museum itu adalah gedung tua yang isinya memamerkan tentang sesuatu dan ini Museum Macan ya mungkin memamerkan tentang jenis-jenis macan atau mungkin binatang lainnya.
Hahahahha dasar kurang gaul..
|
Guidenya menjelasakan dulu sebelum kita masuk area pameran |
Ternyata kata MACAN dalam Museum MACAN ini adalah kepanjangan Modern and Contemporary Art in Nusantara. Nah, karya-karya yang dipamerkan di sini memiliki jangka waktu tertentu. Jadi tidak selamanya akan dipamerkan. Beberapa waktu lalu yang dipamerkan adalah yang saya sebutkan dalam percakapan di atas, karya dengan tema bulat-bulat.
Untuk kali ini, museum art ini menghadirkan tiga karya seniman lainnya yakni Arahmaiani dari Indonesia, Lee Mingwei dari Taiwan, dan On Kawara asal Jepang. Ketiga seniman ini memamerkan karya yang ada hubungannya dengan waktu.
|
Berfoto diantara karya seni Arahmaiani |
Arahmaiani dengan tema “The Past has not Passed, Masa Lalu Belumlah Berlalu”, Lee Mingwei memiliki tema “Seven Stories, Tujuh Kisah”, dan On Kawara sendiri dengan tema “One Million Years (Reading).” Pameran karya seni mereka berlangsung dari tanggal 17 November 2018 – 10 Maret 2019. Kira-kira setiap empat bulan, karya di museum ini akan berganti. Oleh karena itu, jangan kahawatir akan bosan berkunjung ke sini.
Salah satu karya yang paling saya senangi dari Arahmaiani adalah Masa Lalu Belumlah berlalu. Hal ini menceritakan tentang budaya yang masih terbawa dari masa penjajahan Belanda. Salah satunya adalah Rokok. Di sini kamu akan melihat video yang ditayangkan dan setelah kalian melihatnya, kalian dengan sendirinya akan memahami masa lalu yang sesungguhnya masih ada di waktu sekarang. Saya akan memberikan sedikit bocoran tentang karya-karya Arahmaiani lainnya adalah Performance History (1980 – sekarang), 11 June 2002 (2003), Nation for Sale(1996), Flag Project (2006-2010), Do Not Prevent the Fertility of The Mind(1997 – 2014 – 2018), I Love You (After Josheph Beuys Social Sclupture)(2009).
|
Ini salah satu karya Arahmaiani |
|
Do not Prevent the Fertility of the Mind Project by Arahmaiani |
Lee Mingwei menghadirkan tujuh karya sesuai dengan temanya, yakni The Mending Project (2009/2018), The Dining Project (1997/2018), Guernica in Sand(2006/2015), Our Labirinth (2015 – sekarang), Between Going and Staying (2007), The writing Project (1998 – sekarang), dan Sonic Blossom (2013 – sekarang). Sedangkan On Kawara hanya memiliki karya One Million Years dimana para pengunjung akan berada dalam suatu ruangan untuk membaca buku tersebut dengan cara tersendiri yang telah ditetapkan oleh sang penulis.
|
Salah satu spot The Writing Project karya Lee Mingwei |
Cukup hal itu saja yang bisa saya ungkapkan. Karena sejatinya, karya seni harus kalian nikmati langsung dan mendapatkan penjelasan langsung dari para guide. Saya sudah merasakan sendiri bagaimana mereka menjelaskan dengan sangat baik. Sampai saya tak bisa berhenti berkata “WOW” saat mendengarkan makna dari karya-karya tersebut. AMAIZING, GOOD JOB!!
|
Kak yani tengah mengambil gambar The Mending Project |
|
Performance dalam Sonic Blossom Project |
Eh iya, hampir lupa. Untuk berkunjung ke sini, kalian harus membayar tiket masuk untuk dewasa seharga Rp. 90.000,-. Katanya museum ini hanya buka dari hari Selasa – Ahad. Nampaknya, hari senin itu museum diliburkan ya, soalnya Monas (Monumen Nasional) juga tutup di hari yang sama. Untuk letak museum, kalian harus naik eskalator atau lift ke lantai dua. Jika kalian naik tangga eskalator kalian akan menemui bendera-bendera yang ternyata isinya SEMUT!!!! Ngga percaya? Datang aja sendiri!
Adapun peraturan yang harus dipatuhi ketika berada di dalam museum:
- Mohon berbicara dengan lembut dan berjalan dengan tenang
- Dilarang menyentuh karya
- Atur ponsel ke mode senyap dan hindari menelfon di area pameran
- Dilarang memotret menggunakan flash. Dilarang membawa kamera seperti DSRL, SLR, dan Paraloid.
- Barang berukuran besar yang lebih dari 24x24x15 cm harus disimpan dipenitipan barang
- Dilarang mengkonsumsi makanan dan minuman di area pameran
- Diperbolehkan mengsketsa hanya menggunakan pensil dengan buku yang tidak lebih dari ukuran A4
Demikian eksplorasi di Museum MACAN ini. Segera kunjungi Museum ini sebelum karyanya berganti lagi. Di sini juga dipamerkan beberapa koleksi seni museum dengan tema “Pop and Beyond”. Ada juga beberapa performance yang akan dilakukan di tanggal-tanggal tertentu. Ketika kalian berkunjung dan membeli tiket masuk, kalian akan dibekali dengan sebuah buku penjelasan seputar karya-karya seni yang dipamerkan dan hal-hal lainnya yang akan diadakan di museum ini.
So, check it out!
Oh iya, kalian percaya ngga sih kalau di sini itu ada tempat memelihara semut. Ngga percaya? Buktikan aja sendiri dan lihat lebih dekat.
|
Salah satu koleksi lukisan di lantai 6 |
Alhamdulillahirabbil`alamin
Makassar-Antang,
16 Desember 2018
View Comments
Museum kayak Mall, kirain isi museumnya tentang berbagai jenis macan (macan = manis cantik), ternyata... hahaha
Karyanya Arahmaini sarat makna sekali yah, kalau ke moseum, tiap kali liat karya sen,i saya selalu penasaran dari mana datangnya inspirasi karyanya hahha jadi suka berimajinasi sendiri, apalagi kalo tidak ada penjelasannya 😂
Reccomended nih museum macam. Banyak karya luar biasa hebat dipajang disana ya. Penting banget nih dikunjungi.
suka dengan cara kakak Evhy menjelaskan apa yang Kakak Evhy liat dan rasakan. Btw, kapan saya bisa curhat lagi?
duh jadi pengen kesana, belum pernah ke sana soalnya :( selain penasaran mau lihat tempat pelihara semut juga hihihi semoga gak merinding karena geli klo liat semut lagi ngumpul dalam jumlah banyak
Penjelasannya mantap sekali kak. Penggambaran suasananya cakep. Saya pun tahu bahwasanya museum itu tak melulu tentang benda-benda kuno atau antik.
Itu semut ngapain di pelihara yah.. Baru mau tau alasannya udah berakhir tulisannya.. Overall, Mosueum macan ini cukup keren juga yah, selian ada karya lokal, tersedia juga karya-karya dari manca negara..
Musium ternyata tak hanya berkutat pada benda antik dan masa lalu. Banyak karya inspiratif yang bisa memberikan kita sebuah prespektif yang berbeda.
Lakunya ini museum sih
Dalam sebulan ini saya kayaknya baca dua atau tiga artikel tentang ini museum.
Jadi penasaran mau ke sana juga
Alasannya apa ya kira-kira tidak diperbolehkan bawa kamera gitu? Eh yang ndak boleh yang jenis DSLR, SLR dan Polaroid saja ternyata. Berarti mirrorless gitu bisa yaa..