Bismillahirrahmanirrahim
Teman-teman, masih sering ngga sih mendapatkan berita bohong atau yang lebih dikenal dengan Hoax? Seiring perkembangan jaman dan kecepatan internet, masyarakat dengan gampang membagikan berita ataupun kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Meski ini suatu hal yang baik which is sharing is caring. Namun, ini juga bisa menjadi momok menakutkan bagi lingkungan kita. Mengapa?
Hal ini bisa dikarenakan beberapa faktor berita yang disebarkan. Salah satunya adalah banyaknya berita diluar sana yang tersebar cukup luas dan cepat alias viral tanpa diikuti sumber yang jelas. Kita coba ingat-ingat pas jaman kita membaca berita dari sosial media utamanya facebook ketika jaman facebook baru pertama kali masuk Indonesia dan jadi paling hits saat itu.
Banyak berita yang tersebar di sana dan menyajikan judul yang menarik atau paling tidak membuat kita penasaran untuk membacanya. Kita pun dengan sendirinya mengklik berita tersebut dan membacanya hingga akhir. Ada yang membacanya serius, ada pula yang hanya membacanya sekilas.
Bagi yang menganggap berita tersebut masuk akal ataupun menyukai berita itu, bisanya tidak tahan untuk langsung menekan tombol shareatau bagikan tanpa melihat atau memeperhatikan dari mana sumber berita itu berasal. Adakah sumber yang tertera di artikel? Apakah sumber berita ini terpercaya dan bisa diverifikasi kebenarannya? Ini kadang luput dari perhatian. Padahal belum tentu berita ataupun artikel yang dibaca berasal dari sumber yang tepat.
Pola ini sering dilakukan oleh banyak dari kita. Saya salah satunya (dulu hehehehe). Jarang sekali mencoba mengecek kembali sumber berita yang ada. Kadang pula hanya melihat atau membaca judul tanpa membaca isi artikel. “Wah, keren judulnya” kemudian tekan tombol share berikan emotikon.
Huftt…. Belum juga tahu isinya apa.
Huftt…. Belum juga tahu isinya apa.
Lalu, bagaimana anak-anak jaman sekarang menghabiskan waktunya di internet? Pernahkah terpikirkan oleh kita, apa yang mereka buka? Apa yang mereka baca? Lalu terheran-heran mendengar ocehan mereka di mana kita menemukan ada persepsi yang salah dan tertanam di kepala mereka. Dari manakah mereka mengetahui hal tersebut?
Tentu saja dari apa yang mereka lihat, dengar, dan baca. Nah, coba bayangkan jika artikel atau berita yang kita share yang sumbernya kurang jelas itulah yang mereka baca. Bagaimana jika itu yang mereka cerna, pahami, dan anak-anak yang masih polos serta belum mampu membedakan mana yang benar dan yang salah dengan sigap mencernah apa saja yang baru saja mereka baca? Kemudian kita terlambat mengetahuinya? Apa yang terjadi selanjutnya? Coba bayangkan sendiri!
Oleh karena itu, please No More Hoax! Lihat video gadis cilik ini yang di wawancarai tentang bagaimana ia membaca atau menangkap hal-hal yang ia baca dari internet. Semoga kita bisa lebih bijak dalam memilih berita mana yang layak untuk di share.
Yuk, terapakan BPC! Baca, Pahami, dan Check Sumbernya. Jika berasal dari sumber yang baik, benar, dan beritanya bermanfaat, positif, serta layak untuk dibagikan, maka silahkan dibagikan. Gunakan internet dengan bijak, ya!
Alhamdulillah,
Makassar-Barombong,
22 Juni 2019, 11.21 PM
iya, mesti hati2 dengan kabar hoax yang beredar di sosmed.
Saya punya pedoman khusus utk memfilter Hoax. Kalau ada yg memforward berita cenderung tuduhan, saya selalu tanya, apakah sudah pernah klarifikasi dari ybs?
Misalnya, ada yg bilang "Genteng kampus Unhas warnanya biru jelek" – ini akan saya tanya balik si penyebar berita, apakah anda pernah kuliah di Unhas, atau pernah ke Unhas melihat sendiri bentuk dan warna gentengnya, atau pernah bertanya langsung ke orang yg kuliah atau mengajar di Unhas. Dengan begitu saya bisa melakukan filter dari akurasi pembawa berita.
Ini sangat relevan untuk berita soal politik, agama (terutama soal issue kafir mengkafirkan), dan hal lain..
Memang ya mendidik untuk jangan gampang share hoax harus dari diri Kita lalu mengajarkannya ke anak. Tantangan besar di masa kini.
Di zaman keterbukaan dan derasnya arus informasi sekarang ini, hoax memang gak bisa dihindari. Bisa saja kita terpapar.
Untuk itu filternya ya dari kita sendiri, harus bijaksana sebelum menyebarkan informasi yang kita dapat. Cek dulu kebenarannya.
Hoax sangat memberi dampak buruk.. Apalagi yang mengujar kebencian, fitnah dll,, Seharusnya kita saring dulu sebelum sharing.. Apalagi Sebar hoax bisa terjerat UU ITE, bkn kepada pembuat konten, tetapi kena kepada yang membagikan hoax tersebut..
Kajian media makin meningkat di negara berkembang, pun di Indonesia. Kemarin saya baca kajian media dari buku Kuasa Media Di Indonesia karya Ross Tapsel, menampakkan bahwa media2 di Indonesia selain memang dikontrol oleh pemilik, disisi lain media independen pun juga dapat mengatur atmosfer dalam ruang publik (menggiring opini dan narasi). Persis yang sering terjadi, seperti kasus Audrey misalnya.
Hoax kyknya sdh jadi musuh bersama kita saat ini . Susah mi membedakan mana yg benar mana yg salah
Bener banget nih kak, untuk bisa terhindar dari ikut-ikutan menyebar berita hoax paling tidak kita harus Bijak menggunakan internet dan harus tahu jelas sumbernya, biar tidak asal share.
Betul sekali ini, salah satu cara untuk memfilter berita dengan baik. Thanks for sharing kak
Iya kak, saya pun kadang masih belum bisa memfilter berita dengan benar. Memang harus diajarkan, kalau perlu diajarkan juga di sekolah
Betul mams eryy sepakat 100%
Ininjuga perlu banget kak edukasi bahwa menyebar hoax itu masuk ke ranah hukum
Saya nda ngerti sih ini kasus Audrey hahahha.. ngga ikut-ikutan nyebar soalnya belum paham semuanya
Sangat! susah sekali membedakan, tapi bisa pake caranya Daeng Rusli biar bisa terfilter di kita
Yup kak, iniji saya yang kutahu dan untuk menghidari hoax saya jarang sebar2 berita :"D