Beberapa orang tua terkadang mengalami kesulitan menangani anak yang susah makan. Turunnya nafsu makan anak bisa disebabkan beberapa faktor. Seperti yang dilansir dari kompasiana, beberapa faktor yang mempengaruhi turunnya nafsu makan anak yakni:
- Anak mulai mengenal berbagai macam rasa dan selera. Seiring bertambahnya usia, anak-anak mulai mengenal rasa dan memiliki selera sara masing-masing. Oleh karenanya, orang tua setidaknya bertanya kepada anak tentang rasa yang diinginkan.
- Anak sedang aktif-aktifnya. Keaktifan anak cukup membuat anak cenderung sibuk bereksplorasi dari pada makan. Di sini, orang tua dituntut untuk pandai-pandai menyiasati kapan waktu yang tepat untuk memberi makan anak.
- Anak mulai memunculkan sikap negatif. Semakin bertambahnya usia, anak-anak mulai berkembang dan berani melakukan penolakan-penolakan. Akibatnya anak yang dulunya penurut bisa jadi mulai berani menentang apa yang disampaikan atau diberikan oleh orang tuanya. Begitu pula saat diajak makan, beberapa anak mulai berani menolak. Semakin dipaksa, semakin tidak mau makan. Orang tua pun harus memutar otak untuk menciptakan suasana yang mendukung kebutuhan emosi anak agar mau makan yakni dengan mencipatakan suasana menyenangkan dan lain sebagainya.
Meskipun belum memiliki anak, namun saya tinggal bersama dua anak kecil, anak dari kakak saya. Salah satu dari mereka memiliki masalah nafsu makan. Susah sekali menawarkan makanan untuknya khusus makanan bergizi seperti sayur bahkan makan nasi pun sulit. Oleh karenanya, berat badannya dibawah standar atau bisa dibilang kurus.
Setelah berusaha berbagai cara dalam menciptakan ataupun menyiasati agar anaknya rajin makan, ibunya mulai mencari minuman atau obat penambah nafsu makan anak. Awalnya cukup berpengaruh, namun ketika tidak diberikan produk tersebut nafsu makannya kembali menurun. Yang paling dikhawatirkan adalah ketergantungan terhadap konsumsi produk ini. Oleh karenanya, penggunaannya pun dihentikan meskipun resikonya agak rompong dalam memberikan makan kepada anaknya.
Nah, suatu ketika saya mendapatkan sebuah produk madu herbal. Namanya madu 369. Madu ini mengklaim dirinya sebagai madu penambah nafsu makan anak. Jadi, saya pun berinisiatif untuk menyarankan agar dikonsumsi oleh kemenakan saya.
Meski baru sekali coba, terjadi sedikit perubahan terhadap nafsu makan. Putra, begitu saya memanggilnya, sudah mulai makan dengan lahap. Madu herbal ini terbuat dari campuran bahan-bahan herbal diantaranya madu hutan, curcuma, sari kurma, rosella, habbatussauda, propolis, dan olive oil. Jadi para ibu tidak perlu khawatir akan ketergantungan karena bahan-bahannya dari herbal dan mampu memberikan tambagan gizi pada tubuh anak.
Namun satu hal yang jadi permasalahan adalah rasanya. Menurut pendapat saya pribadi, rasanya kurang ramah terhadap anak. Meski begitu, produk ini tentu sehat karena tidak mengandung pemanis ataupun perasa buatan. Yang jadi PR adalah pihak produksi diharapkan mencari formula agar rasanya tetap ramah untuk dikonsumsi tanpa pemanis, perasa, dan pewarna kimia buatan.
Diluar dari itu, produknya cukup rekomended. Bahkan bukan hanya pada anak-anak namun untuk orang dewasa atau yang lagi sakit juga cocok diberikan produk ini. Tentu saja memperhatikan apakah pasien sedang mengkonsumsi obat tertentu atau sedang hamil. Jika ya, disarankan konsultasikan dulu kepada dokter.